Kamis, 22 Oktober 2015

jujur saya tidak mencintaimu untuk sekarang

ANDAI kata mampu kubahasakan menjadi bunyi, mungkin ucapku akan menjadi belati yang tega menghujam jantungmu. Memberikan duka tanpa berkesudahan dan kau mati laksana raga tanpa nyawa. Kau akan menyatu, dengan hari yang penuh dengan kebosanan dan mendiami masa dengan tangis yang begitu pilu. Semua masih tentangku. Lelaki yang menciptakan sumpah, menjadi benalu di dalam hidupmu.

Aku memang mencintaimu, bahkan teramat ingin menjadi pemilik dari tubuhmu seutuhnya. Tidak pernah sedikitpun, aku jadikan dusta sebagai dasar ketulusan. Aku memilihmu, sebab hatiku yang meminta. Tentang kekurangan dan kecacatan dari kehidupanmu, bukanlah suatu alasan jika aku harus memilih yang lebih. Sumpah, atas nama Allah bahwa hatiku adalah mutlak rasa yang nyata.

Namun, aku tidak mencintaimu untuk sekarang. Pada waktu yang kini masih kita jejaki dan pada ketetapan bahwa engkaulah yang nantinya aku miliki. Aku sedang belajar, untuk menjadi imam yang kelak mampu memimpinmu. Menyerukan jalan yang mengarah pada-Nya dan kita menyatu di dalam rumah terindah.

Untukmu, perempuanku. Biarlah sebongkah iman yang menjadi pengukur atas dasar kebesaran hati. Mengumpulkan satu demi satu bekal yang kelak nantinya akan kita bawa. Hingga pintu menuju pulang terbuka lebar atas kehendak-Nya. Untukmu, perempuanku. Jika kelak Tuhan mengizinkan kita untuk bersama. Maka tunggulah aku, di dalam surga-Nya~




Sumber: dariesma wibowo